Rabu, 05 Oktober 2011

Membakar Kapal Bersamamu



“Surabaya!”
“Jadi?”. Aku mencari keyakinan itu di matamu.
“Iya, aku akan menjemputnya disana.”
Kau masih mematung dengan buku ber-cover marun di tanganmu. Pengunjung sedang tak banyak. Makanya aku membersamaimu. Aku pandang lekat wajahmu. Wanita yang kukenal baru beberapa minggu. Namun rasa ini, sulit kudefinisikan.
“Mas, ada buku tafsir Al-Misbah ga?”
Aku berlalu darimu saat seorang ibu berjilbab kuning itu bertanya. Beberapa jenak aku meninggalkanmu mematung disana. Masih dengan buku marun-mu. Beberapa pengunjung mengerumun pada rak yang sama.
Tiga minggu lalu di deretan rak itu aku mengenalmu. Gadis dengan jilbab urakan. Beralasan mengisi waktu selama panggilan kerja setiap hari kau ke toko buku ini. Bodohnya tak ada satu pun buku yang kau beli. Kau anggap toko ini bagai perpustakaan saja. Tiap hari melahap buku yang berbeda. Kau terlihat bahagia karenanya. Aku pun bahagia bisa melihatmu. Hingga aku mengenalmu, kini.
“Seminggu yang lalu email-nya kukirim. Baru kemarin dibalas.” Kau menyandarkan punggungmu di rak buku. Kulakukan hal serupa.
“Kenapa ngga Bandung aja sih?”
“Aku mau bakar kapal!”. Kau seolah berkata pada buku. Lalu tatapanmu terhunus tepat di ulu hatiku. “Aku mau mandiri. Jauh dari orang tua. Sepertimu!”
Aku tak tahu apa daya tarikmu. Jujur, kau memang berbeda. Dingin tapi menghangatkan. Apa sepertinya aku yang meriang? Hah sudahlah! Matamu masih terpaku pada buku itu. Dapatkah kau membaca hatiku?
“Kalo ada yang mau membakar kapal bersamamu bagaimana?”. Kau mengeryitkan kening. “Maukah kau membakar kapal yang lebih besar bersamaku?”. Aku ragu menatapmu. Aku takut tatapanmu kali ini lebih tajam dari sembilu.
Mungkin kau akan bertanya mengapa bisa? Jangan tanyakan itu padaku. Hanya Tuhan dan doa ibuku yang tahu. Aku masih menanti jawabanmu. Berharap kau akan mengerti semua ini.
“Kita baru kenal tiga minggu, kan?”. Aku tak mau menyimpulkan reaksimu. Tahukah kau, aku merapal doa terbaikku?
“Mas, buku “Menjemput Rezeki dengan Menikah” sebelah mana ya?”. Perempuan berjilbab panjang itu tiba-tiba menghampiriku. Aku berlalu. Kau masih di situ.

Bandung, 7 Syawal 1431 H

Tidak ada komentar: