Jumat, 26 Agustus 2011

Belajar Bergaul dari Dukuh

Liburan ini saya berkesempatan menjaga kios bapak. Ya, bapak saya seorang pedagang buah-buahan di salah satu pasar di bandung. Lama tak menyambangi pasar, ternyata memang banyak hikmah yang saya petik.

Waktu itu bapak menyuruh saya membereskan dukuh. Ia minta untuk memisahkan buah-buah mungil yang sudah tampak hitam dan basah itu dari dukuh yang masih bagus. Saya nurut saja. Lalu saya pindahkan dukuh busuk itu pada sebuah piring plastik untuk segera dibuang

Penasaran saya tanya pada bapak, kenapa dukuh-dukuh itu harus dipisahkan. Dia hanya bilang “Biar ngga nular!”. Dari jawaban bapak tersebut kita bisa mengambil hikmah. Pertama, ternyata lingkungan menentukan siapa dan bagaimana kita ke depannya. Maksudnya, kita bisa menilai diri kita dari teman karib yang kita punya.

Misalnya kita sering bergaul dengan seseorang yang males masuk kuliah. Lama kelamaan “penyakit” itu bisa nular pada kita. Atau banyaknya temen kita ga pede-an missal, maka kita pun ga akan jauh dari itu. Bukankah ada ungkapan “untuk melihat masa depan seseorang, tengoklah dengan siapa ia berteman dan buku apa yang sering ia baca.”

Jika kita tak selektif menentukan lingkungan kita, maka nasib kita tak akan jauh berbeda dengan dukuh kualitas bagus dan manis namun karena sering bercampur dengan dukuh kualitas rendah –busuk akhirnya akan busuk juga.

Pelajaran kedua yang bisa diambil adalah dalam memilih dukuh terkadang kita senang dengan dukuh kinclong tanpa cacat. Nampaknya enak untuk dilihat pun dimakan hehe..Tapi bagaimana rasanya? Rata-rata rasanya masam. Coba bandingkan dengan dukuh yang rupanya agak hitam. Mungkin rasanya lebih legit dari yang kinclong.

Kesimpulannya “Don’t judge the book from it’s cover”. Terkadang kita silau denang kecantikan, ketampanan, kekayaan, dll tanpa melihat akhlaknya. Sesekali saya miris dengan seorang teman yang secara fisik enak dipandang tapi tak pernah bisa menghargai orang. Atau yang pintar namun enggan berbagi kepintarannya dengan sesama. Semoga kita jauh dari sifat itu ya..

Pelajaran terakhir,kata bapak dukuh itu buah yang sensitive. Gampang hitam dan busuk apalagi kalo sering dipegang-pegang. Tapi memang bener lho, buah ini hanya bertahan 2-3hari saja. Lebih dari itu
bisa hitam dan busuk.

Nah, saya berpesan khususnya untuk kaum hawa hendaklah hati-hati menjaga diri. Jangan sembarang orang bisa pegang. Bukankah Al-Quran sudah menerangkan dalam An-nur:31 coba buka lagi deh (he..nyuruh). Percayalah, perintah Allah itu tak ada yang memberatkan. Justru malah untuk kebaikan kita. Pasti teman-teman tak mau jadi seperti dukuh yang sering dipegang-pegang dan akhirnya busuk terus dibuang kan?

Akhirnya sekianlah petikan hikmah ini. Semoga bisa jadi renungan. Adapun kekurangan milik saya semata. Dan kelebihan berasal dari Allah yang menciptakan anda dengan Luar Biasa!

Bandung, 190110

Tidak ada komentar: