Jumat, 26 Agustus 2011

Yang Muda Yang Sehat (Tentunya)

Bismillah..

Sahabat apakah obat rindu itu? Ada yang bilang obat rindu adalah bertemu. Sejujurnya saya rindu, hingga saya ingin bertemu dengan sahabat sekalian lewat catatan ini. Ah, lama rasanya tak berbagi. Setelah menuntaskan deadline impian saya –skripsi-, saya rindu untuk menyapa sahabat lagi.

Kali ini catatan saya akan mengisahkan tak jauh dari skripsi yang saya ajukan. Tentang penyakit gagal ginjal kronis yang mewajibkan pasiennya untuk menjalani hemodialisa (HD). Hemodialisa atau dikenal dengan cuci darah adalah terapi satu-satunya sebagai pengganti fungsi ginjal yang rusak. Bayangkan sahabat, saudara kita, pasien HD menjalani ini seumur hidupnya. Subhanallah..

Pertama bertemu lelaki itu,saat saya melakukan studi pendahuluan. Lelaki berperawakan sedang, berkulit coklat dan rambut gondrong sebahunya tengah asyik berjualan. Lelaki itu menjual pin dan mainan anak-anak di depan ruang HD. Kutaksir usianya sekitar 25 tahunan. Saya menatapnya lekat-lekat terlihat sehat walafiat. Ia khusyuk melayani pelanggan kecilnya.

Tak lama, suster memanggil sebuah nama. Saya baru sadar bahwa sang lelaki adalah pasien HD juga. Padahal kutelisik dari roman mukanya ia nampak sehat. Dengan cekatan ia menuntaskan transaksi terakhir. Kemudian beringsut menuju ruangan. Dari pertemuan itu, saya tak lagi melihatnya. Hingga beberapa minggu saya kunjungi ruang HD tak ada wajah sang lelaki saya temui.

Tiba suatu masa, saat saya melakukan penelitan. Siang itu, saya asyik bercengkrama dengan pasien dan keluarga yang mengantarnya. Berbagi cerita dan pengalaman hidup yang mereka rasakan. Tiba-tiba datang dua orang pemuda. Satu orang nampak menaiki kursi roda. Badannya terkulai, pasi rona wajahnya. Sedang pemuda satunya, ternyata petugas RS yang membantu mendorong roda. Pemuda yang menaiki kursi roda, perlahan beranjak ke kursi tunggu. Tampak menopang badan sekuat tenaga dengan energinya yang tersisa.

Saya yang saat itu tepat dihadapannya, belumlah berani menanyainya. Bukan hanya pucat, sang pemuda terlihat sulit untuk bernafas. Otot-otot pembantu pernafasan jelas terlihat. Nyaris seperti orang yang asma. Bedanya, tanpa bunyi mengi. Saya masih mengamatinya yang gusar. Perlahan direbahkan tubuhnya pada kursi putih panjang itu. Tak lama terlelap ia.

Sejenak saya menyelami bagaimana kehidupan pasien gagal ginjal yang tergantung dengan HD. Bagaimana saat terjadi anfal, hingga sesak nafas yang mendadak datang karena salah makan. Pasien gagal ginjal melakukan diet, sahabat. Tak ada sayuran hijau, tak ada tempe atau tahu, jika pun boleh hanya irisan kecil saja, tak boleh makan buah-buahan dan sebagainya. Yang lebih miris lagi, mereka hanya minum 500ml sehari. Mungkin hampir sama dengan 3 gelas dalam satu hari. Jika berlebih, maka tubuh akan bengkak, perut membuncit, dan nafas akan sesak oleh akumulasi cairan di paru.

Kembali pada sang pemuda, oh ya saya baru sadar. Ternyata sang pemuda itu adalah lelaki penjual pin yang saya temui pertama kali. Saya merasa pangling, karena rambutnya sudah rapi. Tak gondrong lagi. Kini, sang pemuda bangun dari tidurnya dan memilih untuk duduk. Saya masih tenggelam dalam pembicaraan yang mendalam. Tiba-tiba, Braaakkkk!! Tubuh sang pemuda jatuh dari tempat duduknya. Badannya terkulai lemah. Hampir saja kepalanya menyentuh lantai.

Para lelaki berhambur, ada juga yang panik dan memanggil suster. Kemudian dua orang suster datang dan menyuruh bapak-bapak untuk membawa sang pemuda ke dalam. Sang pria digotong menuju ruangan. Sejurus kemudian kepanikan mereda. Dan gemuruh tanya membahana di hati saya, ada apa dengan sang pemuda?

“Bisanya yang sesek, pingsan sampe ga sadar gitu mah karena banyak minum neng.” Kata lawan bicara saya seolah menjawab pertanyaan yang saya ajukan pada pikiran. “Atau juga karena makan pantangan makanan. Kalo si Aa itu mah sakitnya karena kebanyakan minum ex*** j*s*. Abis makan, minumnya itu terus, ngga minum air putih. Jadi weh ginjalnya rusak, padahal kan masih muda yah..”. Aku hanya menjadi pendengar setia.

Kemudian, saya sengaja masuk ruangan untuk melihat kondisi sang pemuda. Belumlah siuman ia rupanya. Sedang para perawat masih sibuk memasangkan jarum di tangannya. Kemudian sambungan selangnya menuju alat hemodialisa. Perawat lain, memasang kanul oksigen karena ia kesulitan bernafas. Selama 4 jam, sang pemuda akan dicuci darahnya.

Ah, kejadian ini membuat saya tersadar akan betapa luar biasanya nikmat sehat itu. Terkadang saya sering telat makan, minum kalau pas haus, sering jajan junk food atau yang berpengawet, lebih senang minuman aneka rasa kemasan daripada air putih. Ah, terkadang saya lalai akan nikmat sehat ini. Betapa bersyukur itu perlu. Atas nikmat bernafas, penglihatan, pendengaran, pencecapan, perabaan, dan nikmat lain yang Allah beri dengan percuma. Seharusnya yang muda yang sehat sentosa tentunya! Semoga bermanfaat!

Menjelang subuh, 26 Juni 2010

Tidak ada komentar: