Jumat, 26 Agustus 2011

Kesetiaan Seorang Istri

Bismillah..

Kemarin bada magrib sekitar pukul 18.00, saya dan seorang sahabat hendak pulang dari Landmark Braga. Saat kami berada di depan pintu keluar, sahabat saya mengajak melihat lapak bros tepat 1 meter di depan kami. Aku mengiyakan. Brosnya unik berbentuk bunga yang terbuat dari bahan bening dengan berbagai warna yang indah. Sebenarnya saya tertarik pada yang warna merah, namun berhubung sahabat saya menggeleng yang artinya tanda kurang suka, maka kami berlalu.

Yang menarik perhatian saya yaitu bros tersebut buatan tangan alias handmade. Seorang wanita berkerudung coklat tua sekitar usia 25-an itulah penjaja sekaligus pembuatnya. Wanita tengah hamil besar tersebut duduk beralaskan koran bersama seorang pria yang mungkin suaminya. Aktivitas sang pria pun tak jauh berbeda. Ia sibuk merangkai bros bunga jajakanya. Pemandangan yang luar biasa menurut saya, seorang istri yang tengah hamil tua menemani suaminya menjemput rizki dengan setia.

Kemudian saya pulang. Di jalan saya mendapat pertanyaan yang cukup mencengangkan dari sahabat saya. Ia bertanya “Kalo nikah itu enak ga sih??”. Sejurus saya merenung. Dalam pikiran saya nikah itu ya enak, wong semua yang dilakukan konteksnya adalah ibadah kok. Tapi, dalam pernikahan tidak akan selalu diliputi yang indah-indah saja. Akan ada rintangannya, akan ada batu kerikil bahkan batu kali juga ada hehe…Saya heran kenapa saya bisa menjawab seperti itu. Padahal kan saya belum menikah, Wew!!= =a

Kemudian mengalirlah kisah. Dalam suatu arisan, ibu-ibu bebas mengungkapkan kegelisahan dan kegalauannya. Termasuk tentang suami mereka. Ada yang berkeluh, suaminya harus selalu dimasakin ini itu. Tiap 3 kali makan (pagi-siang-malam) harus dengan menu yang berbeda. Dan setelah masakan terhidang, sang suami makan tak lebih dari beberapa sendok saja. Betapa tak mengkeretnya hati sang istri.

Adapula yang merasa jengkel karena suaminya selalu merasa benar. Pendapat istri dan anaknya pun salah. Hingga pertengkaran pun tak terelakkan. Mungkin dalam hati sang istri, hidup dengan anaknya pun sudah cukup tak perlulah suaminya. Namun apalah yang mau dikata, bagaimanapun sang suami membutuhkannya. Bagaimanapun ia harus setia mendampingi kala ia gagah pun saat ia lemah. Bagaimanapun cintanya telah bersemi bahkan berbuah.

Maka benarlah kata seorang teman yang berkata bahwa cinta wanita itu hanya seujung kuku. Kecil namun tetap tumbuh dengan setia. Tetap subur walau ketika kau memotongnya. Ia akan hadir dengan segenap ketulusan. Telinganya siap mendengar keluhan. Tangannya selalu tersedia untuk memenuhi tanggung jawab. Dan hatinya selalu ada kala ingin bersandar.

Semoga Allah selalu menuntun kita agar menjadi wanita sholehah di dunia dan akhirat kelak…amin.

Bandung, 13 Mei 2010

Tidak ada komentar: