Jumat, 26 Agustus 2011

Cinta Seorang Gadis Buta

Bismillah..

Suatu hari kawan lama saya yang seorang dokter, mengirimkan sebuah kisah ini pada saya. Ia tak memaparkan sedikit pun bagaimana hikmahnya. Bisa dikatakan open ending. Memberi ruang kosong bagi pembacanya untuk menafsirkan apa yang ia tangkap dari tersebut.

Terus terang kisah ini sangat menginspirasi saya. Maka sesudah saya membaca kisah ini, tanpa sadar air mata saya berlinang. Entah apa yang saya rasakan. Apa yang anda rasakan tentu akan berbeda dengan apa yang saya. Maka bacalah dengan perlahan.
Amati, hayati, dan rasakan..

Pada suatu hari ada seorang gadis buta yang sangat membenci dirinya sendiri. Karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya.

Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi gadis itu kalau ia sudah bisa melihat dunia.

Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepada gadis itu. Yang akhirnya dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasihnya itu .

Kekasihnya bertanya kepada gadisnya itu , ” Sayangggg … sekarang kamu sudah bisa melihat dunia. Apakah engkau mau menikah denganku?” Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya itu ternyata buta. Dan dia menolak untuk menikahi si pria pacar-nya itu yang selama ini sudah sangat setia sekali mendampingi hidupnya selama si gadis itu buta matanya.

Dan akhirnya si Pria kekasihnya itu pergi dengan meneteskan air mata, dan kemudian menuliskan sepucuk surat singkat kepada gadisnya itu, “Sayangku, tolong engkau jaga baik-baik kedua mata yg telah aku berikan kepadamu.”


***
Entah sadar atau tidak, seringkali kita berlaku seperti gadis buta itu. Kita berlaku egois memaksakan kehendak kita sendiri. Padahal ada orang-orang di sekelilang kita yang berkorban sekuat tenaga untuk membuat kita bahagia.
Orang tua kita contohnya. Entah telah berapa besar pengorbanan yang mereka curahkan untuk kita. Bukan saja uang, bahkan keringat, darah dan airmata mereka bersimbah agar kita dapat hidup layak.
Mungkin disini kita rasakan begitu nyamannya kuliah, jajan, belanja, nonton, dan sebagainya. Sedang orang tua kita sibuk memikirkan besok makan apa. Bagaimana dengan anak saya jika uang kuliahnya terlambat. Seakan pikiran orang tua hanya tersita tentang kita, anaknya.
Teman – temanku, kini adalah satu momentum pengorbanan kita untuk berupaya sekuat tenaga untuk membahagiakan mereka, orang tua kita. Bayangkanlah wajah bahagia dan senyum bangga mereka kala melihat anaknya di wisuda dan bergelar sarjana. Tetes air matanya, peluhnya, kerja kerasnya seakan terbayar sudah dengan menyaksikan kita kala memakai toga dan maju sebagai wisudawan-wisudawati.
Maka maukah kita berkorban sedikit pikiran dan waktu kita untuk skripsi yang kita hadapi ini? Maukah kita bersabar dengan tantangan yang menghadang di depan? Maukah kita bangkit dari keterpurukan yang menjelang? Maukah tema-teman berkorban sedikit untuk kebahagian orang tua?
Seorang yang sukses adalah yang melihat solusi dibalik masalah. Dan yang gagal, adalah mereka yang melihat masalah dibalik solusi. Mari kita bertekad untuk mebahagiakan kedua malaikat kita tercinta. Dan pastikan Agustus 2010 adalah salah satu momen bahagia itu. Dimana kita lihat senyum bangga bapak dan tangis bahagia Ibu kita. Selamat Berjuang Kawanku..

Smangat untuk kita semua!!
Bandung, 1 Maret 2010

Tidak ada komentar: